Category: International


Pappadum

Pappadum

Satu menu lagi nih oleh-oleh dari eksperimen kuliner di resto India. Sebelum memulai makanan utama, saya dan keluarga ditawai satu camilan khas india oleh pramusaji. Namanya Pappadum, nah karena di buku menu restoran Sitara ini tidak ada gambar manakannya sama sekali.. saya membayangkan appetiser itu berbentuk jajanan kecil-kecil ternyata setelah dijelaskan oleh pramusaji, saya baru sadar kalau pappadum itu adalah kerupuk…hehhehee :)) saya penasaran ingin melihatnya jadi saya pun setuju untuk memesan Pappadum sebagai camilan atau makanan pembuka.

Tidak lama kemudian seorang pramusaji membawa lempengan kerupuk yang ukurannya lumayan besar berbentuk bulat. Sepintas kerupuk ini hampir sama dengan kerupuk puli yang biasa dimakan dengan semanggi suroboyo. Akan tetapi Pappadum lebih tipis dan rasanya pun agak berbeda. Pappadum terbuat dari kacang Dal, rasanya gurih sedikit asin. Di restoran ini, Pappadum di sajikan dengan taburan rempah dan bubuk cabe merah, selain itu ada potongan bawang bombay, daun seledri (jika saya salah mohon dikoreksi) dan yang membuatnya menjadi terasa fresh adalah potongan tomat segar.

Oke, saya share sedikit info tentang Pappadum. Pappadum atau Popadum ialah sejenis kerupuk tipis yang berasal dari India. Pappadum biasanya dihidangkan sebagai tambahan sajian di India dan Pakistan, di samping juga dijadikan makanan pembuka atau camilan yang boleh dicelup dengan irisan bawang, dan sebagainya. Di beberapa tempat di India, popadom mentah (kering tetapi tidak dipanggang) digunakan dalam penyediaan masakan kari dan sayuran. Popadom dibuat dalam beberapa ukuran, yang kecil bisa dimakan sebagai camilan sementara yang besar bisa dijadikan pembungkus makanan.

Pappadum

Nah, sepertinya Pappadum memang cocok dijadikan makanan pembuka, aroma bawang bombay dan tomat segarnya membuat selera makan mulai timbul, selain itu bubuk rempah dan bubuk cabe merah seolah-olah menjadi pemandu untuk menikmati makanan utama. selamat mencoba yaa…

Nasi Biryani

Ketika selera berkuliner kembali datang.. saya dan keluarga besar memutuskan untuk “Nekat” mencoba makanan yang sangat berbeda dan belum pernah kami makan. Setelah diskusi panjang dan melelahkan (hehhehe 😀 ) akhirnya kami mengalah pada pilihan adik saya yang menyarankan untuk mencoba masakan India. Tidak tanggung-tanggung, dia pun menyarankan kami untuk makan di restoran asli india yang cukup terkenal di kota Surabaya. Nama restoran itu “Sitara Indian Cuisine” di kawasan jln Brawijaya surabaya.

Ketika sampai disana, suasana khas india sangat kental terasa (perpaduan penjual, lukisan, aroma ruangan hingga pembeli yang sebagian besar dari india.. chaiya..chaiya…hehhehe), termasuk menu yang disajikan. Pilihan kami salah satunya jatuh pada Nasi Biryani yang “katanya” khas sekali di India. Kami memilih Mixed Biryani (campuran daging kambing dan ayam) karena sebagian dari kami tidak mengkonsumsi daging kambing. For your information, di restoran ini tidak menjual menu apapun yang mengandung daging sapi..hehhehe..

Ketika nasi biryani pesanan kami datang, porsi dibagi menjadi dua bagian. Satu porsi mengandung daging  kambing dan porsi lainnya mengandung daging ayam. Thanks GOD, tadinya saya membayangkan ibu saya yang tidak memakan daging kambing harus memilah satu persatu daging kambing yang sudah di campur aduk dengan nasi. Walhasil kamipun terbagi menjadi dua kubu (hehhhehe 😀 ) tapi saya bersikeras memilih berada di ke dua kubu tersebut (Hahhhahaa..) Setelah mencicipi ke duanya, saya menemukan perbedaan pada titik kemantapan bumbu saja. Biryani kambing lebih berlemak dan lebih mantap rasanya dibandingkan dengan biryani ayam, mungkin karena aroma kambing yang khas membuat citarasanya menjadi lebih sedap. Namun, benang merah rasa tetap sama.. rasa gurih,agak wangi di hidung, dan cenderung panas pedas di tenggorokan sama-sama mencuat.

Basmati Rice

Berbeda dengan nasi kabuli yang agak basah di mulut, nasi biryani punya sensasi kering, butir-butir beras Basmati terasa seolah-olah saya sedang memakan mie karena bentuknya agak memanjang pipih dan rasanya tidak manis seperti beras di Indonesia pada umumnya. Saya beri sekilas ulasan tentang beras Basmati yaa… Nah, beras basmati ini berasal dari India dan Paskistan yang bulirannya langsing panjang. Aromanya sangat harum meskipun tidak terlalu pulen. Sesuai dengan namanya ‘basmati’ yang dalam bahasa Sanskerta berarti harum atau wangi, beras ini memang aromanya sangat harum.

Keistimewaan lainnya, butiran atau buliran beras ini panjang dan kecil melebihi ukuran beras yang biasanya agak pendek dan montok. Seperti beras umumnya, basmati juga memiliki dua jenis, beras putih dan merah. Setelah dimasak menjadi nasi barulah keunikan beras ini terlihat. Beras ini akan melar memanjang butiran, sedikit pera, mudah terurai butiran berasnya dan aromanya sangat harum. Karena kadar gula yang rendah. Beras basmati bahkan sering dikonsumsi mereka yang sedang melakukan diet gula.

Oke, itu tadi sekilas tentang Basmati Rice atau beras Basmati. Kembali lagi ke menu nasi Biryani, selain rasa berasnya yang berbeda.. rasa panas pedas di tenggorokan sangat mendominasi sepanjang menyantap menu ini. Tapi satu hal yang harus diingat bahwa rasa panas pedas inilah yang semakin membangkitkan selera makan menjadi semakin nikmat. Setelah diamati, ternyata paduan cengkeh, jintan, kapulaga dan mungkin ada merica (bubuk merica hitam) yang membuat rasa itu menyeruak bahkan mulai pada suapan pertama. Diskusi dengan ibu saya menghasilkan kesimpulan bahwa masakan ini memang cocok untuk individu yang tidak keberatan dengan menu pedas, karena untuk yang tidak suka pedas sepertinya akan menyerah ditengah pertarungan menghabiskan nasi biryani ini… hehhehee..:p

Well, saya cukup menikmati menu ini dengan segala sensasi baru yang ditimbulkannya. Bagi anda yang memang hobi mencoba coba menu baru, menu ini patut di coba karena pasti akan timbul senyum senyum penuh arti sepanjang menyantap menu istimewa ini… saran saya, cobalah pertama kali di restoran yang masih menjaga originalitas rasanya agar anda bisa menemukan keaslian citarasa india di sana. yummmyyyy….

Nasi Tomat dan Kambing GorengSurabaya, 31 Mei 2010

Hooshh… menikmati menu nasi tomat berlauk kambing goreng, serasa duduk di hamparan permadani Saudi Arabia, laziz.. :D. Pertimbangkan untuk mencicipi masakan khas timur tengah yang menggoda ini, tapi anda harus benar-benar lapar karena potongan kambing goreng yang menyertai sajian nasi tomat ini besar sekali. Saat bersantap siang dengan menu nasi tomat kambing goreng ini, saya benar-benar dibuat terkaget-kaget dengan porsi dan tampilannya. Awalnya saya mengira kambing gorengnya akan disajikan dengan cara dipotong-potong kecil, ternyata tidak, cara menyajikannya pun khas timur tengah..besar dan banyak (hhehheee…:D)

Karena saya adalah orang yang tidak mengkonsumsi daging merah terlalu banyak, akhirnya sayapun hanya mengambil beberapa cuil daging kambingnya dan kemudian memberikan potongan besar pada suami saya (sang penggemar daging kambing :)). Saya beruntung sekali karena nasi tomat ini dicampur dengan beberapa sayuran untuk mengimbangi lemak yang disumbang oleh kambing gorengnya. Sayurannya terdiri atas potongan wortel, kacang polong, lalap ketimun, tomat segar dan yang menarik adalah kismis yang memberikan citarasa asam manis saat anda menyuapkan nasi tomat ke dalam mulut..yumm 🙂

Rasa nasi tomat hampir menyerupai nasi kebuli, tapi nasi kebuli lebih dominan terasa aroma daging kambingnya sedangkan nasi tomat tidak. Citarasa menu ini lebih pada aroma tomat yang manis serta rasa gurih dari bahan rempah lainnya yang dicampurkan saat proses pengukusan. Salah satu restoran timur tengah di Surabaya yang menyajikan menu ini adalah Depot Ampel yang ada dikawasan Walikota Mustajab.

Jika anda belum pernah mencicipi menu nasi tomat kambing goreng, saya sarankan anda mencobanya di resto timur tengah ini. Citarasa yang disajikan di resto ini cukup cocok dengan lidah orang asia yang tidak terlalu gemar dengan makanan “eneg“. Harga yang ditawarkannya juga sepadan dengan porsi yang diberikan. Untuk nasi tomat dan kambing goreng dengan potongan besar, resto ini mematok harga tidak lebih dari dua puluh ribu rupiah.

Untuk para pecinta menu yang terbuat dari bahan dasar daging kambing, anda dapat menikmati nasi tomat kambing goreng ini dengan paduan minuman Es susu kambing…hhhoooohhh…mantabbb.. 😀

steak dory (white fish) Surabaya 31 Mei 2010

Seandainya anda bosan dengan menu steak yang sering kali menyajikan daging sapi, kambing atau ayam, tidak ada salahnya jika anda mencoba varian lain dari tawaran tadi, yakni steak ikan. Suatu ketika saya diajak keluarga untuk makan malam bersama, seperti biasa saya selalu antusias sekali tiap kali tawaran berkuliner ria datang. Tetapi ketika pilihan jatuh pada sebuah restoran yang menu andalannya adalah steak, tiba-tiba selera makan saya berkurang (bukan hilang yaahh :)) alasannya saya memang sedang berusaha untuk mengurangi konsumsi daging merah seperti daging sapi dan kambing (demi kesehatan).

John DoryKetika memesan makanan, suami saya memberi ide untuk memesan steak ikan saja. Setelah melihat daftar menu, saya akhirnya tertarik dengan satu menu yang dituliskan sebagai “White Fish“…penasaran, saya pun membaca detail keterangannya. Ternyata ini adalah steak ikan dory.

well, ikan dory yang disebut juga dengan John Dory Fish (bagus yah namanya :p) merupakan salah satu jenis ikan laut yang badannya keperakan, pipih lebar dan matanya besar. Ikan ini banyak terdapat di laut Mediterania dan Atlantik. Ikan ini dagingnya putih (that’s why disebut white fish) dan halus. Paling cocok dipanggang atau digoreng dengan balutan adonan tepung yang renyah. (www.detikfood.com/…/apa-itu-ikan-dory)

Naahh.. saat steak ikan dory disajikan, saya sudah tidak sabar untuk memotong sebagian dagingnya dengan pisau untuk dicicipi. Tapi ternyata saya bahkan tidak perlu menggunakan pisau sama sekali sepanjang menikmati sajian ini. Daging ikannya sangat lembut langsung lumer dimulut dan teksturnya seakan tidak berserat seperti ikan-ikan lainnya.

Steak ikan dory ini dilengkapi dengan sayuran dan kentang goreng seperti biasa. Disela sajian sayuran, saya menemukan potongan jeruk nipis yang jika dikucurkan diatas ikan, akan menambah rasa segar pada dagingnya. Saus yang disiramkan di atas ikan tidak terlalu berbeda dengan saus untuk steak daging (saus jamur). Sebenarnya saya mengharapkan rasa yang berbeda dari sausnya, entahlah mungkin saus lemon atau yang lainnya.

Dengan saus yang sama dengan saus steak daging, sensasi perbedaannya hanya ada pada ikan dorynya saja. Tapi untuk kesan pertama, saya cukup menikmati ikannya (bukan sausnya)… Anda yang mungkin menyukai ikan sebagai menu utama, pilihan steak ikan dory bisa menjadi sebuah pengalaman yang cukup mengesankan… 😀

photo source :www.traderscity.com/board/produc…o-71937/

Sukiyaki Oishi…

Surabaya, 27 Mei 2010

Dibanding masakan western, masakan eastern bisa dibilang lebih rendah lemak. Pilihan menu makanan timur yang segar dan nikmat adalah SUKIYAKI. Sukiyaki adalah masakan Jepang yang menyerupai shabu-shabu di China dan Thaisuki di Thailand. Sukiyaki terdiri dari irisan daging sapi yang sangat tipis, sayur mayur seperti sawi, daun bawang, taoge, jamur enoki, shitake, dan tofu. Kuahnya yaitu soyu dicampur dengan sedikit gula putih. Cara memasaknya yaitu direbus dalam sebuah periuk besi, atau kuali dari tanah liat. Periuk ini diletakkan di atas meja makan, dan disantap panas-panas. Hampir mirip shabu-shabu, cara menyantapnya yaitu irisan daging sapi tersebut dicelupkan dulu ke dalam telur ayam yang sudah dikocok, kemudian celupkan lagi ke kuah yang ada dalam periuk. Tentu saja cara mencelupnya dengan sumpit(hashi), bukan dengan sendok atau garpu. (http://baltyra.com/2010/04/17/sukiyaki)

Salah satu restoran yang menyajikan menu sukiyaki di Surabaya adalah Surabaya Suki (Jl.Raya Gubeng Surabaya). Sekilas dari luar restoran ini terlihat sepi, saya sempat tidak terlalu yakin untuk bersantap ria di sana. Pertimbangannya adalah pertama, restoran sepi itu kebanyakan makanannya kurang sip 🙂 dan ke dua jangan-jangan harganya membunuh kantong… Tapi tidak ada salahnya untuk dicoba.

Saat saya mulai memilik-milih menu, pelayannya menawarkan beberapa menu masakan china. Saya jadi kembali bertanya-tanya ini restoran china atau Jepang ya ? tapi karena dari awal saya sudah tertarik dengan kata “suki” yang menimbulkan hasrat memakan sukiyaki, so, saya pun kembali fokus pada pilihan sukiyaki saja. Setelah memilih sukiyaki sebuah trolley berisi bahan-bahan makanan mendekat kemeja kami. Ternyata diluar bayangan saya bahwa sukiyaki akan disajikan lengkap dalam sebuah talam besar, disini anda boleh memilih sendiri ingredient sukiyaki sesuai dengan selera anda sendiri. Menarik 🙂

Pada trolley itu tersedia beberapa sayur-sayuran, daging non-fat yang sudah di iris tipis, tofu, berbagai macam bahan olahan dari ikan, kepiting, udang dan masih banyak lagi. Saya serasa sedang berbelanja ditoko sebelum memasak sendiri masakan sukiyaki yang saya inginkan.

Setelah memilih, satu persatu bahan tersebut dimasukkan ke dalam tungku besi oleh seorang pelayan lain, memasukkannya pun ternyata berteknik.. (hhehhee…pada kunjungan pertama, saya serasa udik 🙂 ) Bawang putih cincang dimasukkan terlebih dahulu untuk memperkuat rasa dan aroma, selanjutnya bahan olahan, bagian sayur yang keras dan tungkupun ditutupnya. Beberapa menit kemudian baru dimasukkan sayur-sayuran, jamur dan terakhir adalah irisan tipis daging non-fat tersebut.. hooohh, lagi-lagi pertunjukan yang menarik.

Tiba saat masakan siap disantap, saya sudah merasa sangat lapar karena harus menunggu tahap demi tahap proses memasak sukiyaki. Suapan pertama sengaja tanpa campuran saus (menurut saya adalah campuran tauco dan beberapa ingredient lainnya), saya menemukan rasa gurih pada kuahnya, hampir menyerupai kuah sup tapi tidak terlalu asin, paduan rasa bawang putih dan kaldu sangat mendominasi. Keberadaan saus yang disajikan dalam mangkuk mungil membuat saya tergiur untuk mencelupkan sehelai daging ke dalamnya, ternyata saus inilah yang kemudian memberikan citarasa sedap pada tiap bahan yang direbus dalam periuk besi itu.

Saya rasa tahapan memasukkan sayur ke dalam periuk yang dilakukan terakhir dengan alasan agar sayur-sayur tersebut dapat dinikmati dalam keadaan yang masih segar dan tidak terlalu matang. Tekstur sayur masih terasa crunchy dimulut, belum terlalu lembek dan layu. Periuk yang diset selalu hangat membuat citarasa sukiyaki ini sama hingga suapan terakhir.

Saya masih bisa merasakan kematangan yang merata pada tiap-tiap bahan yang dimasukkan, tidak dingin ataupun sudah gosong (hangus karena suhu yang terlalu panas). Untuk kondisi tubuh yang kurang fit, rasanya masakan ini bisa jadi alternatif makanan penggugah selera karena tubuh terasa lebih nyaman dan segar saat menikmati sajiannya. Lagi pula bahan yang digunakan dalam sajian masakan ini adalah bahan yang sehat, terdiri atas sayur-sayuran, jamur, daging, ikan, dan berbagai pilihan lainnya yang rendah lemak dan bebas minyak.

Untuk sajian sukiyaki di Restoran Surabaya Suki saya rasa lumayan lah untuk menyegarkan badan dan menggugah selera makan. Saya rasa sajian sukiyaki di resto ini telah dimodifikasi pada selera masakan china sehingga lebih menyerupai shabu-shabu namun dimasak dengan cara sukiyaki (keduanya memang sangat serupa)

Saya merekomendasikan anda untuk mencobanya di resto ini, range harga menurut saya lumayan mahal, tapi untuk citarasa dan pelayanan yang kita terima, saya rasa seimbang dengan harganya. Namun seandainya ada referensi lain yang memberikan citarasa sukiyaki yang lebih original, akan lebih baik memulanya pada tempat yang tepat. 🙂

itadakimasu… :))